Bengkulu: Innalilahi wa innailaihi rajiun. Civitas Akademika Universitas Dehasen Bengkulu beduka, Salah seorang dosen berdedikasi tinggi untuk kemajuan Unived dipanggil menghadap yang maha kuasa.
Wakil Rektor IV bidang kerjasama Jamil Afrianto SE M.Ak meninggal dunia setelah berjuang melawan penyakit herpes yang dideritanya beberapa waktu terakhir. Almarhum Pak Jamil atau akrab disapa PJ menghembuskan nafas terakhir di RS Muhammad Hosein Palembang pada Sabtu 2 Februari 2019 pukul 04.20 wib.
Almarhum yang sempat dirawat di RSUD M Yunus Bengkulu, dirujuk ke RS M Hosein dan tiba di kota Palembang pada Jumat malam sekitar pukul 20.00 wib. Sempat mendapat tindakan medis, pukul 04.20 wib, Allah berkehendak lain.
Jenazah almarhum Pak Jamil dibawa kembali ke Bengkulu dan disemayamkan di rumah duka Desa Kancing Kecamatan Karang Tinggi Kabupaten Bengkulu tengah dan dimakamkan di Desa Karang Tinggi pada Sabtu sore.
Ratusan pelayat, mulai dari Rektor, para pembantu rektor, Dekan, para dosen, mahasiswa hingga staf mengantarkan almarhum hingga ke peristirahatan terakhir. Duka mendalam dirasakan seluruh pelayat yang mengetahui bahwa almarhum adalah orang baik dan memiliki banyak teman.
Terlihat juga diantara para pelayat, teman sekolah almarhum di SMP Negeri 1 dan SMK Negeri 1 (SMEA Negeri) Kota Bengkulu. Para anggota Pramuka, personil Radio Dehasen dan jurnalis CTZonedehasenbkl.com dan ratusan Alumni Unived ikut mengantar dan memberikan doa yang terbaik untuk almarhum.
Rektor Universitas Dehasen Prof DR agr Johan Setianto yang memberikan kata pelepasan di rumah duka mengatakan, Universitas Dehasen kehilangan salah seorang pemimpin yang sangat baik. Hidup dan waktu almarhum didedikasikan untuk kemajuan Unived.
“Semoga Allah mengampuni segala dosanya, memberikan tempat yang terbaik bagi almarhum,” ucap Rektor.
Almarhum Jamil merupakan pribadi yang periang, pandai bergaul dan disukai teman-temannya. Mantan wakil Bupati Bengkulu Tengah Muhammad Sabri yang juga merupakan teman masa kecil almarhum mengatakan, kepribadian yang kuat, tidak mau macam-macam dan sangat peduli dengan lingkungan merupakan sifat yang terus melekat pada dirinya.
“Kami kehilangan orang yang sangat baik,” ujar Sabri.
Anindya Savitri, salah seorang mahasiswi Ilmu Komunikasi Unived mengaku sering meminta saran, pendapat dan berduskusi dengan almarhum. Meskipun ditengah kesibukannya bekerja sebagai wakil rektor dan beberapa jabatan lain, dia selalu menyempatkan diri untuk menerima keluhan dan masukan dari para mahasiswa.
“Kami sangat akrab dan menganggapnya seperti orang tua sendiri, sulit mencari penggantinya,” urai Anindya. (redaksi)