
Membuat resolusi tahun baru sering kali seperti menekan tombol penyeberangan di persimpangan jalan yang sibuk: kelihatannya tidak ada gunanya, tetapi tetap saja dilakukan. Setiap tahun, banyak orang terjebak dalam pola yang sama. Bagi sebagian, resolusi bisa berhasil. Tapi bagi kebanyakan, resolusi malah memicu siklus rasa bersalah: membuat janji, melanggarnya, dan kemudian merasa buruk karenanya. Tidak heran jika belakangan ini, banyak orang mulai meninggalkan kebiasaan ini.
Menurut survei di Inggris tahun lalu, hanya satu dari empat orang yang masih berencana membuat resolusi di awal Januari. Dan berdasarkan penelitian Strava, kebanyakan orang mulai menyerah pada resolusi mereka di pertengahan bulan. Tapi tenang saja, kalau Anda masih tertarik dengan gagasan ini, ada cara untuk membuat resolusi lebih efektif.
Salah satu alternatif yang sedang populer adalah “manifestasi”. Metode ini, yang menjadi viral di TikTok dengan tagar #manifesting yang sudah ditonton lebih dari 4,3 miliar kali, berpusat pada keyakinan bahwa pikiran positif dapat mewujudkan keinginan Anda. Meski tidak ada bukti ilmiah yang kuat bahwa manifestasi bekerja, menurut Mark Jellicoe, dosen senior psikologi di The University of Law, ide ini bisa berdampak positif pada motivasi manusia.
“Saat kita memiliki visi untuk diri sendiri, kita lebih mungkin termotivasi untuk mencapainya,” katanya dilansir dari indepent pada hari Sabtu, 31 Desember 2024. Namun, ia juga menegaskan bahwa manifestasi bukanlah solusi instan.
Sebagai gantinya, Jellicoe merekomendasikan pendekatan “WOOP” (Wish, Outcome, Obstacle, Plan), yang membantu kita memikirkan rintangan dan langkah realistis untuk mencapai tujuan. Dengan metode ini, kita dapat menyusun rencana yang lebih konkrit dibandingkan hanya mengandalkan pikiran positif semata.
Jika manifestasi bukan gaya Anda, resolusi klasik tetap bisa membantu, asalkan dibuat dengan pendekatan yang realistis. Menurut Jill Cotton, pakar tren karier di Glassdoor, resolusi harus memiliki dasar yang jelas dan sesuai dengan kondisi nyata. “Daripada buru-buru membuat resolusi yang berlebihan, luangkan waktu untuk memikirkan bagaimana Anda ingin hidup Anda berubah dalam setahun ke depan,” katanya. Pendekatan ini dapat membantu Anda merasa lebih optimis.
Tamika Abaka-Wood, mitra riset dan strategi global di B+A, juga menyarankan untuk memahami akar dari resolusi yang dibuat. Misalnya, jika Anda ingin mulai bermeditasi, tanyakan pada diri sendiri mengapa Anda ingin melakukannya. Apakah karena kurang tidur, hubungan yang tidak memuaskan, atau hanya ingin merasa lebih terhubung dengan diri sendiri? Dengan menggali alasan mendalam, resolusi Anda akan terasa lebih bermakna.
Bagi banyak orang, keuangan menjadi fokus utama resolusi tahun ini. Survei oleh Unbiased menunjukkan bahwa 72% orang di Inggris berencana mengencangkan pengeluaran mereka di tengah krisis biaya hidup. Namun, Cotton menyarankan agar fokusnya bukan hanya pada penghematan, tetapi juga memastikan Anda mendapatkan gaji yang layak. Mengetahui nilai Anda di tempat kerja bisa menjadi resolusi yang lebih bermanfaat dalam jangka panjang.
Resolusi tahun baru memang kerap mendapat stigma negatif. Namun, jika dilakukan dengan cara yang benar, resolusi bisa menjadi sumber harapan dan motivasi yang nyata. Jadi, jangan takut untuk menekan tombol “reset” di awal tahun—karena terkadang, perubahan kecil bisa membuat perbedaan besar.