Oleh: Yuliardi HP
“Masa depan Indonesia ada di tangan orang muda saat ini”
Kutipan yang diucapkan Bacharuddin Jusuf Habibie ini lalu lalang di linimasa semua media ketika Presiden ke-3 Republik Indonesia ini dikhabarkan menghembuskan nafas terakhir di RSPAD Gatot Subroto Jakarta Selasa 11 September 2019 jam 18.05 wib
Bapak Demokrasi, abang kita atau orang Sulawesi memanggilnya Daeng sudah pergi meninggalkan kita. Sang tekhnokrat pemegang tingkat estafet kepemimpinan negeri ini saat Indonesia diguncang krisis moneter dan membawa kapal bernama Indonesia keluar dari ancaman keterpurukan badai krisis pergi dengan tenang.
Daeng Habibie adalah Indonesia, si Jenius ini rela kembali ke Indonesia setelah menempuh pendidikan tertinggi bidang tekhnologi di Jerman dan meninggalkan gaji yang fantastis di sebuah perusahaan perakit pesawat terbang terbesar di Dunia.
Habibie membangun Pulau Batam dengan konsep pengembangan ekonomi berbasis tekhnologi tinggi. Sang Profesor Engginering ini juga mendirikan perusahaan pembuat pesawat terbang berbendera Dirgantara Indonesia dengan karya pesawat CN 235 dan Helikopter Puma.
Ketika gejolak reformasi, ditengah aksi menuntut pergantian kepemimpinan Republik Indonesia, Habibie tanpa ragu menerima tantangan itu dengan menata sistem Demokrasi yang fundamental.
Banyak yang melotot ketika pria kelahiran Pare-pare itu dengan berani membuka keran Referendum untuk Timor-timur, meakipun hasilnya bisa ditebak bahwa akan berdiri negara bernama Timor Leste yang lepas dari Indonesia. Ternyata dibalik keberanian itu terselip pesan bahwa Indonesia sudah tidak lagi mengalirkan dana subsidi yang membebankan negara.
Ditangan Habibie lahir kemerdekaan Pers, labir Otonomi Daerah, dirancang pemilihan pemimpin secara langsung, meskipun pelaksanaanyya di periode kepemimpinan setelahnya.
Habibie adalah sosok religius yang mencintai keluarga. Cintanya kepada Ainun dan anak-anaknya dipersembahkan sampai alhir hayat. Satu monumen cinta Habibie-Ainun berdiri kokoh di Kota Pare-pare. Membuktikan bahwa cintanya kepada Ainun dipelihara sampai maut memisahkan.
Selamat jalan Daeng Habibie, doa kami untukmu, Indonesia bangga memilikimu, Husnul Khatimah. (**)